Template by:
Free Blog Templates

Sabtu, 07 Februari 2009

pkn

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan
utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama
hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak (wikipedia.org).
Pandangan hidup ini menjadikan orang cinta dunia secara berlebihan (hubbuddunya), dengan ciri-ciri sombong, dengki,
serakah serta bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya. Kemudian disusul memandang orang
hanya dari penampilan-penampilan fisik mereka semata, misalnya pakaian yang bagus, mobil yang mewah, jabatan
yang basah, dan lain sebagainya.
Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang terjerat ke dalam gaya hedonisme yang sebagiannya akan kami bahas pada kesempatan ini.

Biasanya kecenderungan kepada hedonisme berpangkal pada kepribadian seseorang. Misalnya, kesombongan dan egoisme adalah penyebab kecenderungan seseorang kepada kehidupan mewah. Orang sombong akan selalu membanggakan kekayaan dan kedudukan yang dimilikinya untuk menunjukkan keunggulannya atas orang lain.

Persaingan tidak sehat untuk menunjukkan kemewahan terkadang menimbulkan perasaan dengki dan iri. Mereka mengira bahwa cara menunjukkan kelebihan atas orang lain adalah dengan cara bersaing seperti ini. Orang yang hedonis memandang rendah kepada orang lain. Pandangan ini sudah barang tentu akan menyebabkan timbul jurang yang dalam antara mereka dengan orang lain. Dalam mengumpul harta dan barang-barang mewah mereka akan dikuasai oleh sifat ketamakan, dan orang seperti ini tidak akan bersedia memberikan harta mereka kepada orang lain.

Penyebab lain penyakit hedonisme ialah, kepribadian tidak sempurna yang dimiliki oleh seseorang. Dari pandangan psikologi, orang yang cenderung kepada kemewahan berusaha menutupi kelemahan dirinya yang kurang dari segi ilmu dan spiritual. Pada sebagian kasus, kita menyaksikan orang-orang kaya yang tidak tahu bagaimana membelanjakan hartanya. Karena itu, mereka membeli dan mengumpulkan barang-barang mewah dan pakaian-pakaian yang mahal.

Faktor penting lainnya adalah, pandangan materialis dan cinta dunia. Hal inilah yang pernah disinggung oleh Rasulullah saaw dalam sebuah hadisnya. Beliau bersabda, Menyintai dunia adalah penyebab dari segala penyimpangan dan kesalahan.

Orang yang tidak beriman kepada alam akhirat dan tidak memperdulikan nilai-nilai moral seperti kesederhanaan, kedermawanan dan persahabatan, tidak akan memikirkan nasib orang lain. Mereka tenggelam dalam kemewahan hidup.

Ada pula faktor luar yang menjadi penyebab kecenderungan kepada kemewahan, antara lain adalah budaya masyarakat dan lingkungan sekitar. Dalam sebuah masyarakat yang memiliki budaya hidup mewah, kecenderungan kepada kemewahan akan menguasai seluruh anggota masyarakat. Dalam hal ini, kemewahan para pejabat dan tokoh masyarakat akan memberikan pengaruh yang sangat besar pada gaya kehidupan ini.

Di era kontemporer ini iklan yang terdapat di berbagai sarana media ikut membantu menciptakan budaya hedonisme. Media-media ini dalam banyak kasus mengiklankan produk-produk yang sebenarnya tidak diperlukan. Iklan-iklan ini pula meninggalkan berbagai dampak psikologis terhadap para pemirsa.

Allah swt mengaruniakan nikmat yang tidak terhingga untuk digunakan oleh manusia dalam kehidupan, dan Allah memerintahkan manusia untuk mengunakannya nikmat dan karunia ini secara benar dan adil serta tidak melanggar hak orang lain. Seperti mana yang telah disampaikan oleh Imam Ali as: Saya tidak pernah melihat harta yang ditimbun tanpa ada kezaliman terhadap hak orang lain.

Dengan demikian, hedonisme berarti keluar dari aturan ilahi dan menyimpangkan karunia Allah dan hak orang lain.

Allah swt dalam ayat 31 surah al A’raaf, mengingatkan manusia untuk tidak berlebihan-lebihan dalam memanfaatkan nikmat Allah swt: “…Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Dalam sebuah ayat yang lain, Orang yang suka memubazirkan nikmat Allah, disebut sebagai saudara setan. Nabi Muhammad saaw dalam sebuah hadis bersabda: Barang siapa yang memakai pakaian dan merasa besar dengan pakaian itu, maka Allah swt akan menyeretnya ke neraka dan dia akan bersama dengan Qarun.

Orang yang hedonis, tidak hanya dikecam karena sikapnya yang memubazirkan anugerah Allah saja, tetapi ia dikecam juga karena dia menutup kesempatan berkembangnya nilai-nilai kebaikan seperti infak, kemanusiaan dan kedermawanan, serta menyebabkan berkembangnya kemiskinan dan ketidak-adilan dalam masyarakat serta meruntuhkan nilai-nilai spiritualitas.

Banyak akibat buruk yang ditimbulkan oleh hedonisme. Pertama, lenyapnya kekayaan, meningkatnya jurang antar miskin dan kaya, berkembangnya kemiskinan, kebangkrutan dan hutang di tengah masyarakat kecil. Ibnu Khaldun sejarawan dan sosiolog muslim dalam hal ini berkata: Sejauh mana sebuah masyarakat tenggelam dalam hedonisme, sejauh itulah mereka akan mendekati batas kehancuran. Proses kehancuran akan terjadi karena hedonisme secara perlahan akan menyebabkan kemiskinan masyarakat dan negara. Sejauh mana hedonisme mewabah, sejauh itu pulalah kemiskinan akan menyebar di tengah masyarakat.

Di pihak lain, membuang-buang harta untuk membeli barang-barang mahal yang hanya dimaksudkan untuk berbangga-bangga, perlahan-lahan akan menyeret sebuah negara kepada pihak asing. Hal inilah yang terjadi saat ini dunia. Banyak negara dunia yang bergantung kepada Barat yang setiap waktu memasarkan produk-produk baru untuk dikonsumsi.

Meskipun pekerjaan, usaha dan jerih payah untuk mencari harta, dapat mengantarkan seseorang dan masyarakatnya kepada kemajuan dan hal ini didukung oleh agama Islam, namun jangan sampai hal itu menjerumuskan kita ke lembah hedonisme dan kemewahan. Sebab, hal itu akan membawa kerugian dan menghalangi manusia untuk sampai kepada tujuan hidup yang sebenarnya. Untuk itu, harus dibedakan antara kecenderungan ke arah keindahan yang merupakan tuntutan fitrah manusia dengan hedonisme yang akan menyeret ke kemewahan dan kesombongan